Oleh: Muhammad Irfan Ilmy
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Pendidikan bermula dari sejak seorang anak terlahir kedunia dan tatkala
ia menghirup nafas untuk pertama kalinya. Suara adzan yang dikumandangkan sang
ayah begitu merdu dilantunkan di kuping sebelah kanannya dan iqomat menyusul di
kuping kirinya. Ini pertanda bahwa semua orang tua menginginkan anaknya menjadi
anak yang berpendidikan tinggi dan nantinya bisa berguna bagi kemaslahatan
orang banyak. Pendidikan menjadi hal yang substansial bagi semua orang di muka
bumi ini. Tidak akan maju suatu Negara tanpa diawali dengan kualitas pendidikan
pada setiap warganya. Oleh karena itu, sangatlah perlu adanya pembenahan besar-besaran
pada hal yang berkaitan dengan pendidikan di negeri ini.
Semangat mencari ilmu untuk meningkatkan taraf masyarakat terdidik ini
sejatinya menjadi tanggung jawab kita bersama-sama. Membasmi kebodohan selain merupakan
tugas pemerintah sebagai suatu lembaga yang diamanahi rakyat juga merupakan PR
kita, baik itu pedagang, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat. Bila kita
bekerja sama layaknya lebah yang sedang membangun sarangnya, maka mimpi kita
mewujudkan Indonesia emas 45 bukan hanya isapan jempol belaka.
Keberhasilan dunia pendidikan salah satunya bisa dilihat dari output
pendidikan yang dihasilkan. Secara sederhana, pihak sekolah sebagai subjek
spesifik proses pendidikan harus bekerja ekstra untuk menghasilkan lulusan-lulusan
yang kompeten dan memiliki kapasitas tingkat tinggi. Sekolah ibarat kawah
candra dimuka yang diharapkan mampu mengubah perilaku siswa-siswa yang belajar
di dalamnya. Tentu superhero yang berjiwa besar untuk mau mengubah
perilaku dan karakter siswa itu tak lain adalah guru. Sosok yang digelari
pahlawan tanpa tanda jasa dengan peran sebagai pengemban tugas mulia—mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Tantangan
guru masa kini
Masa-masa sekolah dengan berbagai gejolak emosi yang sedang membuncah
pada diri siswa mengakibatkan banyak sekali kemungkinan terjadi hal-hal yang
tidak diharapkan. Adanya gangguan pada diri siswa—masalah pribadi—dan mereka
tidak mampu menyelesaikannya berujung pada tindakan-tindakan yang dianggap
tidak wajar. Siswa sebagai individu yang memiliki keragaman dalam kapasitas
menyelesaikan masalahnya tersebut tentu membutuhkan sosok “pahlawan” yang bisa
menyelamatkannya dari peperangan yang terjadi pada internal dirinya.
Kenyataannya, di sekolah siswa selalu jadi “terdakwa” yang tidak ada ruang
kosong baginya untuk membela diri kenapa dia melakukan perbuatan yang keliru
itu. Padahal dibelakang perilaku menyimpang itu bisa saja dipicu kasih sayang
yang kurang dari orang tua sehingga membuat ulah menjadi jalan yang dipilih
untuk mencari perhatian orang banyak. Peran teknologi yang masif pun menjadi
api pemantik degradasi moral yang melanda para siswa di sekolah. Lagi-lagi
peran guru, kesediaannya berdialektika dengan siswa, menjadi teman curhatnya
harus menjadi keterampilan yang dikuasai selain kelihaian dalam menyusun
sintaks-sintak pembelajaran di kelas.
Gempuran teknologi informasi yang bertubi-tubi dengan
kecanggihannya menawarkan banyak kesenangkan yang cenderung melalaikan para
anak muda—siswa. Coba sedikit tengok kelakuan para remaja saat ini yang
seolah-olah menjadi hal yang lumrah saking seringnya hal tersebut terjadi.
Berbagai media—cetak, elektronik, radio, internet—menyuguhkan informasi yang
seakan tidak ada hentinya mengenai penyimpangan mereka. Kenakalan remaja berupa
tawuran, free sex, narkoba, mengikuti geng motor adalah beberapa potret keadaan remaja yang begitu
miris. Tentu saja keberadaannya tidak bisa dinafikan. Itu menjadi rahasia umum
dan terkadang menjadi trending topik di berbagai diskusi ilmiah di kampus
hingga diskusi liar di pasar-pasar.
Harapan
itu masih ada
Lalu mau dibawa kemana arah kemudi bangsa ini kedepan jika calon-calon
supirnya terperosok pada jurang-jurang kegelapan yang menenggelamkan potensi
masa depannya? Apakah kita mau dinakhodai para generasi-generasi yang penuh
cela? Tentu tidak. Kita masih bisa berharap pada anak-anak muda yang tiap harinya
menempa diri berkontribusi dan berprestasi demi kokohnya jati diri negeri ini. Masih
ada ternyata berlian-berlian yang berkilauan dari generasi masa depan
Indonesia. Ada pula intan-intan berharga yang akan menambah keindahan tampilan
Indonesia masa depan. Tidak sedikit remaja Indonesia yang menjuarai aneka
olimpiade dengan skala internasional. Tidak jarang produk-produk brilian para
anak bangsa membuat decak kagum para juri perlombaan luar negeri. Indonesia
masih bisa menaruh kepercayaan pada pundak mereka.
Guru sebagai profesi yang strategis menginternalisasi semangat dan
motivasi kepada calon penerus tonggak kepemimpinan bangsa ini harus kian
menyadari tugas sucinya. Menjadi guru bukan hanya karena tuntuan materi dan
duaniawi. Lebih dari itu, guru harus menjadi sumber inspirasi yang selayaknya
patut digugu dan ditiru. Cara berucap, cara bertindak, cara mengambil sikap
harus diperhitungkan dengan matang karena akan diduplikasi para siswa. Guru
harus banyak membaca literatur bagaimana sosok terbaik di dunia ini—Nabi
Muhammad Saw.—mendidik para sahabat di masa-masa awal islam dulu. Mendidik
dengan penuh cinta dan integritas, Mendidik dengan hati dan budi pekerti.
Mendidik dengan penuh keteladanan dan dilandasi keimanan.
Pada akhirnya, guru harus bertanya pada palung hati terdalamnya. Mengapa
ia memilih menjadi guru? Kalau hanya sekedar terpukau gaji besar, sebaiknya
mundur saja. Generasi muda bangsa ini terlalu berharga jika hanya dididik para
pemburu rupiah saja. Seorang yang hanya cukup datang ke kelas, mengajar lalu
pulang dengan tanpa beban apa-apa. Mari menjadi guru yang penuh arti.
Data Pribadi
|
Nama
Lengkap
|
Muhammad
Irfan Ilmy
|
|
Jenis
Kelamin
|
Laki-laki
|
||
Tempat
Tanggal Lahir
|
Tasikmalaya,
23 November 1992
|
||
Alamat
asal
|
Dusun Mekarjaya RT/RW 07/02 Desa Cikondang
Kecamatan Cineam Kab. Tasikmalaya 46198
|
||
Alamat sekarang
|
Kp. Cilimus RT 07 RW 06 Kel. Isola Kec. Sukasari Bandung Kosan Al-Huda
(Kos di Bandung)
|
||
Asal
Universitas
|
UPI
Bandung
|
||
Jurusan
|
Ilmu
Pendidikan Agama Islam
|
||
NIM
|
1206179
|
||
Motto
Hidup
|
“Bergerak memberi manfaat untuk mencari ridha
Allah”
|
||
Agama
|
Islam
|
||
No.
Kontak
|
089678022235
|
||
E-mail
|
|||
Hobi
|
Membaca (biografi, novel, cerpen,
esai, karya tulis ilmiah,
artikel), menulis, main catur, nge-blog, berburu lomba, fotografi.
|
||
Blog
|
Ilmyirfan.wordpress.com
|
Artikel ini dibuat
dalam rangka mengikuti Lomba Artikel Ilmiah "Peran Guru Dalam Membangun
Karakter Bangsa" yang diselenggarakan oleh Generasi Mahasiswa Ilmiah
(Gemail) UMN Al-Washliyah