Oleh
: Rizky Amelia Yasmin Siregar
Universitas Sumatra Utara (USU)
Guru
adalah sosok yang sangat berpengaruh
dalam membentuk akal dan karakter bangsa. Bagaimana tidak, dari seorang gurulah
ilmu pengetahuan diberikan kepada anak-anak murid,baik di lembaga formal maupun
nonformal.Guru juga merupakan pendidik,pengarah,motivator dan juga faktor utama
terciptanya generasi bangsa yang berkualitas baik dalam intelektual ,tata cara
berperiaku dalam masyarakat dan lain-lain.Guru dianggap merupakan sumber
informasi bagi masyarakat menuju arah yang lebih baik.Masyarakat percaya bahwa
dengan adanya guru,dapat memberantas kebodohan serta mengembangkan ketrampilan
anak dan menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga mempunyai
kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetensi profesional dimana
setiap guru harus menguasainya untuk optimal dalam menuangkan ilmu bagi
anak-anak didik.
Dahulu,
seorang guru dianggap berwibawa . dimana sosok guru digambarkan adalah
seseorang yang selalu dihormati dan dimuliakan dihadapan anak-anak muridnya.Pada
zaman dahulu, guru adalah sosok yang ditunggu-tunggu untuk dicium tangannya
oleh murid.Walaupun guru sering
memberikan hukuman kepada murid terkait dengan tugas yang belum selesai
atau melanggar peraturan namun orang tua zaman dahulu tetap berterima kasih
kepada guru karenta telah mengajarkan anak-anak mereka, penghargaan tertinggi
pun diberikan kepada guru meskipun hanya dari anak didik mereka dan walaupun gaji guru
pada zaman dahulu bisa dikatakan pas-pasan namun mereka tetap memberikan
wejangan dan nasihat kepada anak-anak murid mereka agar kelak dapat menjadi
seorang guru juga dan keahliannya dapat melebihi guru zaman dahulu.
Namun
dewasa ini, guru telah
mengalami perubahan drastis, mulai dari sudut pandang masyarakat yang
menganggap profesi guru adalah profesi yang kering dalam
artian profesi guru dianggap sebagai membuang-buang waktu untuk mengajar anak
murid dengan penghasilan jauh di bawah rata-rata dari
kalangan profesional lainya. Dan juga wibawa dari seorang gurupun kian
mengalami perubahan ke arah yang lebih negatif karena anak-anak didik di zaman
sekarang menghormati gurunya dengan
alasan ingin mencapai suatu tujuan, misalnya agar mendapatkan nilai yang bagus dan
lain-lain.Mereka ingin mendapatkan nilai tinggi dan naik kelas dengan peringkat
tinggi tanpa kerja keras. Sikap dan perilaku masyarakat demikian memang tidak
sepenuhnya tanpa alasan yang bersumber dari guru. Ada sebagian guru yang
berpenampilan tidak mendidik. Ada yang memberi hukuman fisik diluar batas normal
kependidikan, ada juga guru pria yang melakukan pelecehan seksual terhadap
murid-murid perempuanya dan masih banyak lagi fenomena-fenomena yang terjadi
pada zaman ini.
Fenomena-fenomena yang terjadi saat ini
diakibatkan pada sistem pembelajaran yang dibuat oleh pihak sekolah.Sistem
pembelajaran dibentuk untuk meningkatkan kualitas dari sumber daya dalam hal
ini peserta didik.Seperti yang kita ketahui,suatu sistem akan berjalan dengan
baik apabila komponen yang berada di dalamnya yaitu peserta didik dan pengajar
dapat terlibat aktif dan memberikan kontribusi yang positif sehinnga
pembelajaran dapat berlangsung secara efisien.
Sistem pembelajaran berkaitan erat dengan kurikulum,seperti yangt kita ketahui sejarah
kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945,
kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum merupakan seperangkat rencana pendidikan yang perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan
serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Kurikulum
Berbasis Kompetensi(KBK) yang kini diterapkan tidak jauh berbeda dengan
kurikulum 1994 yang dipakai sekolah - sekolah pada waktu lalu.Yang membedakan
antara kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum sebelumnya adalah
adanya partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah di dalam menjabarkan materi
kurikulum yang bersifat nasional melalui silabus.
Di dalam kurikulum ini,silabus adalah isi kompetensi dan elaborasi (uraian dan rincian) materi pelajaran , pembelajran dan penilaian serta pengalokasian waktu yang disusun sesuai dengan semester dan kelas masing - masing.Silabus juga sebagai bentuk operasional kompetensi dan materi pelajaran pokok sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan serta mengelola kegiatan pembelajaran.Sistem KBK yang baru seumur jagung ternyata masih menjadi polemik bagi peserta didik. Kurangnya sosialisasi merupakan faktor utamanya. Banyak guru yang bingung dan bertanya-tanya bagaimana menjalankan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatra Utara,secara umum banyak guru yang belum memahami sistem KBK, ini diakibatkan juga karena tidak didukung oleh perangkat-perangkat pedoman/panduan yang baik dan selalu berubah-ubah, kurangnya sosialisasi tentang KBK baik untuk pengawas sekolah,kepala sekolah maupun guru-guru serta belum lengkapnya sarana dan prasarana sehinggu guru belum memahami benar tentang pelaksanaan KBK.
Di dalam kurikulum ini,silabus adalah isi kompetensi dan elaborasi (uraian dan rincian) materi pelajaran , pembelajran dan penilaian serta pengalokasian waktu yang disusun sesuai dengan semester dan kelas masing - masing.Silabus juga sebagai bentuk operasional kompetensi dan materi pelajaran pokok sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan serta mengelola kegiatan pembelajaran.Sistem KBK yang baru seumur jagung ternyata masih menjadi polemik bagi peserta didik. Kurangnya sosialisasi merupakan faktor utamanya. Banyak guru yang bingung dan bertanya-tanya bagaimana menjalankan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatra Utara,secara umum banyak guru yang belum memahami sistem KBK, ini diakibatkan juga karena tidak didukung oleh perangkat-perangkat pedoman/panduan yang baik dan selalu berubah-ubah, kurangnya sosialisasi tentang KBK baik untuk pengawas sekolah,kepala sekolah maupun guru-guru serta belum lengkapnya sarana dan prasarana sehinggu guru belum memahami benar tentang pelaksanaan KBK.
Pelatihan-pelatihan
pun seharusnya dilakukan oleh pihak sekolah untuk guru agar lebih
terampil,kreatif dan memiliki kemampuan
dan pengetahuan yang cukup dalam menjalankan sistem KBK juga dapat menggali dan
melatih potensi dan bakat yang ada dalam diri peserta didik sehingga dapat
membentuk karakter bangsa dengan lebih baik lagi dan kurikulum yang dibentuk seharusnya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, disesuaikan dengan
aspek-aspek yang terkait dalam sistem pembelajaran seperti tujuan materi yang
disampaikan, potensi peserta didik,keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya
seperti buku pembelajaran dan materi yang akan disampaikan.Dan pembentukan
kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya serta tetap dapat
menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang
tersedia di sekolah.
Dapat
disimpulkan bahwa guru merupakan sosok yang membentuk karakter bangsa dan
menjadi faktor utama terciptanya generasi bangsa yang berkualitas secara
intelekutual dan tata krama.Banyak fenomena yang terjadi saat ini yang
menurunkan mutu pendidikan di Indonesia,
salah satunya yaitu penerapan sistem KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi) dimana
banyak guru maupun peserta didik belum cukup mengetahui bagaimana menerapkan
KBK.
Mengikuti
pelatihan serta seminar dan mengikuti
sosialisasi merupakan cara yang tepat untuk melatih kemampuan guru dalam
menerapkan sistem KBK untuk institusi yang diajarnya sehingga guru lebih
terampil dalam mengayomi peserta didiknya. Guru pun juga harus bekerjasama
dengan anak didiknya dalam sistem pembelajaran dan melaksanakan kurikulum yang
telah disediakan dengan baik dan tepat sehingga
mutu pendidikan di Indonesia terus meningkat dan dapat membentuk
karakter bangsa ke arah yang lebih baik lagi. Diharapkan kedepannya para
peserta didik dapat lebih siap lagi dalam menjalankan sistem pembelajaran dan
kurikulum yang diterapkan di sekolah masing-masing, peserta didik juga harus terlibat
aktif agar sistem pembelajaran dapat berjalan dengan semestinya.
Nama : Rizky Amelia Yasmin Siregar
Asal Kampus : USU /Fak.Psikologi Semester 3
Nama : Rizky Amelia Yasmin Siregar
Asal Kampus : USU /Fak.Psikologi Semester 3
Artikel ini dibuat
dalam rangka mengikuti Lomba Artikel Ilmiah "Peran Guru Dalam Membangun
Karakter Bangsa" yang diselenggarakan oleh Generasi Mahasiswa Ilmiah
(Gemail) UMN Al-Washliyah