![]() |
Sumber: Google (red) |
Penulis: Ardi Permana Putra
Pergantian
pemerintahan baru ditahun 2014 ini, pastinya membawa harapan baru bagi rakyat
Indonesia. Permasalahan-permasalahan pokok di Indonesia sebelumnya diharapkan dapat
diselesaikan secara tuntas. Pada saat kampanye pemilihan presiden waktu yang
lalu, presiden kita yang terpilih saat sekarang banyak sekali mengeluarkan terobosan untuk mengatasi masalah yang
Indonesia alami sekarang maupun dimasa mendatang, proyek 3 kartu sakti, tol
laut, membangun kilang minyak, dan yang paling diandalkan waktu berebut kursi
presiden yang lalu adalah revolusi mental, dari semua bentuk terobosan tersebut
akan dinanti oleh rakyat Indonesia, mereallisasikannya disertai dengan system
yang tepat, agar tidak berjalan ditempat, seperti waktu-waktu yang lewat.
Polemik permasalahan dari masing-masing
presiden yang telah menjabat dinegara kita yang tercinta ini adalah penggunaan
subsidi bahan bakar minyak. Anggaran subsidi bahan bakar minyaklah yang paling
tertinggi diantara anggaran subsidi yang lain, apalagi subsidi bahan bakar
minyak tidak sepenuhnya dinikmati oleh kalangan terbawah namun
kalangan-kalangan ataslah yang memiliki mobil mewah yang paling banyak
mencicipi. Harga bahan bakar minyak juga mempengaruhi naiknya harga bahan
pokok, ditambah lagi rencana pemerintah menaikkan harga bahan minyak yang akan
terealisasi diakhir bulan November ini. Banyak sekali kalangan yang menuai pro
dan kontra dari kebijakan pemerintah yang tidak popular satu ini. Memang seharusnya kita memaklumi
besarnya anggaran subsidi bbm menghambat pembangunan infrastruktur, pemerataan
kesejahteraan, pendidikan untuk orang-orang yang tidak mampu, kesehatan yang
dinikmati untuk semua kalangan, dan lain sebagainya, apalagi janji-janji
pemerintah membutuhkan banyak sekali anggaran untuk membiayai program yang
salah satunya sudah dicanangkan yaitu kartu Indonesia sehat, Indonesia pintar,
dan kartu keluarga sejahtera. Namun semuanya dirasa tidak berguna jika rakyat
miskin tidak mampu untuk membeli mahal nya harga bahan pokok, ditambah lagi
bentuk kompensasi dari kartu keluarga sejahtera hanya bernilai empat ratus ribu
rupiah.
Penggunaan
bentuk kartu sebagai system pengawasan pemerataan kesejahteraan memang patut
diapresiasi, maraknya kasus korupsi dapat diperkecil dengan system berbentuk
kartu yang diberikan kemasyarakat. Seharusnya system kartu tersebut juga
diaplikasikan kedalam penggunaan subsidi bahan bakar minyak, kartu subsidi
bahan bakar minyak hanya dibagikan kepada orang-orang yang benar-benar
membutuhkan dan berperan didalam naik turunnya bahan pangan, seperti nelayan,
angkutan umum, angkutan distribusi bahan pokok, dan lain sebagainya. Bayangkan
saja jika ada kartu bahan bakar minyak, orang-orang berbondong menggunakan
angkutan umum yang sangat murah karena diberi subsidi bbm, dan meninggalkan
kendaraan pribadi karena sangat mahalnya bahan bakar minyak non subsidi.
Berkurangnya polusi udara dan meningkatkan kesejahteraan bagi supir angkot.
Dengan ada nya kartu subsidi bbm masyarakat tidak perlu takut dengan akan mahalnya
harga bahan pokok, karena dengan sangat murahnya harga subsidi bbm menutup
kemungkinan meningkat nya harga distribusi yang akan mempengaruhi harga bahan
pokok.