Kompetensi Berbahasa di Kalangan Mahasiswa terhadap Perkembangan Bahasa Masyarakat Medan



 
Sumber: Google
 Penulis:

Sindi Violinda



Kompetensi berbahasa adalah kemampuan yang menuntut penguasaan seseorang untuk menghasilkan atau memahami bahasa yang baik dan benar, yang dituturkan secara tertulis maupun lisan. Seseorang yang memiliki kompetensi berbahasa adalah orang yang memiliki kemampuan bahasa yang memadai ketika dilihat dari sistem bahasa atau penguasaannya terhadap 4 aspek, yang sangat berkaitan erat dalam kebahasaan, seperti; menyimak, menulis, membaca, dan berbicara.
            Tahun kian melarut, pun begitu dengan larutnya masalah kebahasaan. Hal ini tentu menyangkut ketidakbakuan bahasa serta penyebutan istilah-istilah kosong, yang sebenarnya tidak bermanfaat dan tidak perlu dikonsumsi masyarakat Medan dan Sekitarnya. Bahasa yang dikonsumsi itu lebih tepat disebut dengan bahasa alay, gaul, atau dengan kata lain; bahasa-bahasa zaman kini. Contohnya: Kata ‘Selamat, ya!’ diucapkan atau dituliskan menjadi ‘Met yauw!’ dan masih banyak bahasa-bahasa tidak baku yang dikonsumsi masyarakat.
Masalah-masalah ketatabahasaan tersebut harus segera ditangani dan tuntas. Sebabnya, dengan adanya mahasiswa yang berkompetensi dalam berbahasa, masalah tersebut diharapkan dapat dikurangi dan diperbaiki. Mahasiswa dapat berperan aktif dalam setiap perkembangan bahasa masyarakat Medan dan Sekitarnya, sehingga dapat dipastikan pula bahwa bahasa tersebut digunakan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat Medan dan Sekitarnya.

Salah satu penyebab ini adalah mordenisasi, yakni; dampak dari pembangunan dan perkembangan zaman. Artinya, segala yang terjadi di lingkungan masyarakat selalu up to date. Hal ini lebih sering menonjol pada gaya hidup remaja, bahkan kabarnya, kini telah berproses pula pada gaya hidup orang tua. (Mereka orang tua gaul!)
            ‘Bahasa Gaul atau Bahasa Zaman Kini’ sangat fenomenal di kalangan masyarakat, khususnya yang ingin keren. Faktanya, tidak sedikit orang tua yang ingin kalah dengan gaulnya anak remaja. Bahasa gaul atau bahasa zaman kini, mulai terpopuler dari apa yang dilihat dan didengar oleh masyarakat. Tentu saja berdasarkan alat sarana dan prasarana yang digunakan.
            Pemerintah kota Medan sepertinya harus bekerjasama dengan seluruh pemerintah yang ada di Indonesia untuk menekankan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Apabila bahasa ini dibiarkan terus menerus, tidak menutup kemungkinan bahwa bahasa persatuan Indonesia akan mengalami pergeseran/penggusuran. Istilah lain, bahasa persatuan akan kehilangan sebagian dari jati dirinya. Rasanya, layaknya seorang ibu yang kehilangan anaknya. Begitu pula dengan seorang anak yang kehilangan ibu. Ia akan merasa terancam dan tersisihkan dari yang lainnya.

1. Peran Mahasiswa dalam Menanggapi Masalah Ketatabahasaan di Medan dan Sekitarnya
Sehubungan dengan maraknya penggunaan bahasa gaul atau bahasa zaman kini, perlu adanya tindakan nyata. Mahasiswa dapat berperan aktif dan saling menjunjung rasa peduli terhadap masalah tata bahasa, khususnya di kota Medan.
Mahasiswa boleh terjun langsung dengan metode-metode penyadaran terhadap masyarakat di lingkungan sekitarnya. Selain itu, perlu adanya pemahaman dan kecintaan yang diterapkan kepada generasi terhadap bahasa persatuan yang benar. Tak lupa pula diikuti dengan menanamkan semangat berbahasa.

2.  Adanya Mahasiswa yang Berkompetensi dalam Berbahasa            
 Bagian yang hilang tersebut akan hadir kembali dengan adanya mahasiswa yang berkompetensi dalam berbahasa. Semakin mahasiswa tersebut terjun mendekati masyarakat serta dengan ikhlas menerapkan kompetensi kebahasaannya, maka semakin terpengaruh pula masyarakat yang ada di sekitar lingkup mahasiswa tersebut. Pengaruh kebaikan tersebut, pastilah menggores juga meski sedikit. 

Tersimpulah bahwa penggunaan bahasa sangat penting bagi perkembangan bahasa masyarakat kota Medan dan Sekitarnya, sehingga sangat penting pula kehadiran mahasiswa yang berkompetensi dalam berbahasa. Sebagai mahasiwa hendaknya dapat lebih aktif dan menjunjung tinggi rasa kepedulian terhadap kompetensi berbahasa.

Penulis adalah peserta Open Recruitment (Oprec) Gemail UMN Al-Washliyah yang merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris  semester I UMN Al-Washliyah
Comments
0 Comments

0 komentar: